Siswa SMAN I Banguntapan Tuntut Kepala Sekolah Mundur

Puluhan siswa SMA N I Banguntapan menggelar aksi di halaman sekolah. (Foto : Sukro Riyadi)
BANTUL (KRjogja.com) - Puluhan siswa SMAN I Banguntapan yang tergabung dalam wadah Aliansi Penegak Hak Asasi Siswa menggelar unjuk rasa di halaman sekolah, Jumat (27/8). Siswa menuntut kepala segera diturunkan karena dinilai ada sejumlah kejanggalan dalam kebijakan di sekolah.
Rizki perwakilan siswa dalam orasinya menyatakan, sejumlah kejanggalan dirasakan siswa selama belajar di sekolah itu. Terutama jarangnya frekuensi kehadiaran kepala sekolah. Menururtnya kepala sebagai orang nomor satu sangat menentukan maju mundurnya sebuah sekolah.
Riski mengatakan, bagaimana bisa prestasi bisa ditingkatkan, sedang kepala sekolahnya tidak bisa aktif. Tidak hanya itu peserta juga mendesak agar kasus dugaan pelanggaran waktu penerimaan siswa baru (PSB) di tindaklanjuti dinas. “Kami menilai,ada ketidak transparan dalam mengelola uang dari siswa oleh sekolah, dan masih banyak lagi kebijakan yang janggal,” terangnya.
Bahkan dalam orasi itu juga disampaikan adanya intimidasi yang dialami siswa, semua dilakukan seorang guru. Orasi di halaman sekolah tidak berlangsung lama. Puluhan siswa kemudian diarahkan untuk menggelar dialog di aula sekolah.
Dialog dipandu Kabid Kurikulum Dinas Pendidikan Menengah dan Nonformal Bantul Sukarjo berserta Ketua Dewan Sekolah Drs Ismantoko, Kabid SMA Dinas Pendidikan Menengah dan Nonformal Bantul Sudarman serta pengawas sekolah Faiz Mudari. Sukarjo mengatakan, semua aspirasi siswa bisa disampaikan secara langsung. “Saya tegaskan, silahkan semua aspirasi disampaikan dengan jelas, tetapi tentunya tidak semua pertanyaan itu bisa serta merta bisa langsung dijawab,” terang Sukarjo.
Menanggapi penilaian tidak tranparannya pengelolaan uang dari dari siswa, Ismantoko selaku Ketua Dewan Sekolah meminta agar bagian yang dinilai janggal disampaikan secara jelas. “Saya butuh kejelasan, mana yang dibilang janggal, tolong sampaikan kami akan jelaskan secara gamblang,” ujarnya.
Sedang Sudarman menegaskan, bahwa masalah pelanggaran atau anggaran diawasi Kantor Inspektorat. Selain itu tidak ada organisasi selain OSIS di SMA. “Kita ini masih SMA, jadi tidak ada organisasi selain OSIS,” ujarnya.
Sedang seorang guru mengatakan, bila kepala sekolah jarang masuk lantaran sakit komplikasi. “Anak mungkin tidak tahu, bapak (kepala sekolah) menjalani perawatan, itu yang mungkin tidak diketahui,” ujarnya. (R-5)

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Artikel Terkait:

Silahkan Kunjungi Blog Kami Yang Lainnya

Klik Gambar di bawah ini

0 comments

Tulis Komentar Anda Di Bawah Ini