UPPM di Gunungkidul Mangkrak

GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) - Unit Pengolahan dan Pemasaran Mete di Desa Kelor, Kecamatan Karangmojo, milik Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Gunungkidul kondisinya terbengkalai. Kondisi Unit Pengolahan dan Pemasaran Mete (UPPM) tersebut sudah lama tidak berfungsi sebagai pabrik pengolahan mete.
"UPPM Kelor tersebut sudah lama tidak berproduksi lagi karena ada sengketa dengan pemegang saham," kata Kepala Dinas Perhutanan dan Perkebunan Gunungkidul, Anik Indarwati di Wonosari, Rabu (11/8).

Dia mengatakan UPPM Kelor dibangun di atas tanah milik pemerintah namun untuk produksinya atas kerja sama Koperasi milik Dinas Perhutanan dan Perkebunan Gunung Kidul dengan pemegang saham perorangan.

"UPPM Kelor tersebut merupakan perusahaan gabungan dari beberapa pemilik saham dan pemilik saham perseorangan yang menguasai 25 aset UPPM menuntut sahamnya dikembalikan, sementara Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul sampai saat ini belum mengalokasikan anggaran untuk pembebasan UPPM tersebut," katanya.

Menurut dia, dengan adanya konflik dengan pemilik saham tersebut membuat UPPM Kelor tidak beroperasi kurang lebih sepuluh tahun. Karenanya, keberadaan UPPM tersebut apabila tidak segera direlokasi maka kondisinya akan semakin parah.

"Saat ini kondisinya rusak karena hampir sepuluh tahun tidak difungsikan, kalau semakin lama dibiarkan terbengkalai tentu akan semakin membuat mahal ongkos relokasinya dan produk yang dihasilkan tidak bisa maksimal," katanya.

Dia mengatakan saat ini UPPM hanya berfungsi sebagai tempat penampungan dan distribusi mete, sementara pengolahan cangkang dan buah semunya belum bisa terkelola.

"Saat ini petani mete dan koperasi hanya mengambil mete sementara cangkang dan buah semunya hanya terbuang sedangkan apabila UPPM tersebut dikelola mungkin dijadikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) maka produk mete dapat dioptimalkan," katanya.

Dia mengatakan saat ini merencanakan merelokasi UPPM tersebut sebagai sentra industri mete dan balai diklat petani mete. "Rencanannya UPPM tersebut selain sebagai pabrik pengolahan juga akan kami fungsikan sebagai balai pendidikan dan pelatihan petani mete," katanya.

Dia mengatakan ketersediaan kebun induk mete sudah menghasilkan bahan baku cukup banyak namun belum optimal pengolahan yang dikelola koperasi serta petani karena keterbatasan sarana yang dimiliki. (Ant/Van)

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Artikel Terkait:

Silahkan Kunjungi Blog Kami Yang Lainnya

Klik Gambar di bawah ini

0 comments

Tulis Komentar Anda Di Bawah Ini